Mengenal Istilah Angin Duduk




   

      Banyak diantara kita yang sudah mengenal istilah angin duduk, tapi banyak
      juga yang belum tahu jenis penyakit apakah angin duduk ini.
      Angin Duduk sama dengan Sindrom Jantung Koroner Akut. Hanya dalam 15   menit sampai 30 menit, orang yang terserang angin duduk bisa meninggal. Padahal, penderita, sebelumnya terlihat sehat-sehat saja. Dunia kedokteran selama dua tahun terakhir berhasil mengidentifikasi istilah baru penyakit jantung yang akrab disebut angin duduk.
      Ternyata, penyakit ini tak sekedar masuk angin berat, tetapi identik
      dengan sindrom serangan jantung koroner akut (SSJKA). Teridentifikasinya
      istilah ini, menurut Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Prof DR
      dr Teguh Santoso.SpPD, di Jakarta, pekan lalu. Menandai sebuah koreksi
      besar terhadap mitos yang berkembang di masyarakat selama ini.
      Bahwa masuk angin hebat itu adalah penyakit yang berbahaya, bahkan bisa
      menimbulkan kematian hanya dalam waktu 15 hingga 30 menit sejak serangan
      pertama. Jadi kata Teguh lagi, jika Anda tiba-tiba merasa nyeri dada,
      sebaiknya tidak melakukan aktivitas fisik apapun termasuk berhubungan
      seks. Segeralah pergi ke rumah sakit yang menyediakan fasilitas penanganan
      gawat darurat jantung. Ingat. Tidak boleh lebih dari 15 menit setelah
      serangan nyeri pertama.

      Sindrom serangan jantung koroner akut merupakan penemuan terbaru akhir
      abad ini pada bidang penyakit jantung. Anehnya, gejala penyakit ini banyak
      disikapi masyarakat dengan tindakan yang salah. Misalnya, penderita
      dikerok, diberi minuman air panas, atau diberi ramu-ramuan untuk mengeluarkan angin. Padahal, penderita bisa meninggal mendadak tanpa ada
      tanda-tanda sakit.

      Gejalanya muncul keluhan nyeri ditengah dada, seperti :
      - Ditekan
      - Diremas-remas, menjalar ke leher, lengan kiri dan kanan, serta ulu hati.
      - Rasa terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin.

      Keluhan nyeri ini bisa merambat ke kedua rahang gigi kanan atau kiri,
      bahu, serta punggung. Lebih spesifik, ada juga yang disertai kembung pada
      ulu hati seperti masuk angin atau maag.

 Sumber masalah sesungguhnya terletak pada penyempitan pembuluh darah

       jantung (vasokonstriksi) . Penyempitan ini diakibatkan oleh empat hal:
      - Pertama, adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah
      akibat konsumsi kolesterol tinggi.
      - Kedua, sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus);
      - Ketiga, Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang
      yang terus menerus.
      - Keempat, infeksi pada pembuluh darah.

      Penyempitan itu, lanjutnya lagi, mengakibatkan berkurangnya oksigen yang

      masuk ke dalam jantung. Ketidak-seimbangan pasokan dengan kebutuhan
      oksigen pada tubuh mengakibatkan nyeri dada yang dalam istilah medisnya
      disebut angina. Namun kata Teguh, hendaknya dibedakan antara keluhan   nyeri pada sindrom serangan jantung koroner akut (SSJKA) dengan serangan jantung koroner (SJK) (infark miokard). Pada SJK, angina terjadi akibat sumbatan total pembuluh darah jantung karena aktivitas fisik yang berlebihan.
      Sementara pada SSJKA angina terjadi akibat sumbatan tidak total yang
      dirasakan saat istirahat.

      “SSJKA ini memang mendadak. Bukan karena capek, masuk angin, atau
      penyakit-penyakit lainnya. Biasanya penderita akan meninggal paling lama
      lima belas menit setelah keluhan rasa nyeri pertama kali dirasakan”, kata
      Teguh.

      Masyarakat diminta waspada terhadap keluhan angina ini. Soalnya penderita
      sebelum terserang akan tampak sehat-sehat. Solusi satu-satunya hanyalah
      melonggarkan sumbatan yang terjadi, yaitu dengan memberikan obat anti
      platelet (sel pembeku darah) dan anti koagulan. Atau, obat untuk
      mengantisipasi ketidak-seimbangan supplai oksigen dan kebutuhan oksigen,
      misalnya nitat, betabloker, dan kalsium antagonis.

      Di tempat terpisah, ahli jantung RS Jantung Harapan Kita dr. Santoso
      Karo-Karo MPH:, SpJp mengungkapkan kondisi rumah sakit di Indonesia tidak
      terlalu bisa diharapkan untuk pengobatan SSJKA. Rumah sakit terkesan
      lambat menangani pasien. Untuk itu ia menyarankan agar penderita yang
      sudah tahu bahwa dirinya memiliki gangguan jantung sebaiknya membawa
      tablet antiplatelet ke manapun ia pergi.

      Obat antiplatelet yang paling murah dan gampang di cari adalah aspirin.
      Obat ini selain bermanfaat sebagai pertolongan pertama mengatasi nyeri dan
      melonggarkan kembali pembuluh darah yang tersumbat oleh thrombosit atau
      platelet (sel pembeku darah).

      Sumber : http://www.temanbaru.com