Batang yang Menyejarah (7)


(12) Kali Sambong. Sepintas lalu Kali (Sungai) Sambong sama alias tidak berbeda dengan sungai-sungai lain di wilayah Kabupaten Batang, jikalau berbeda hanya pada batang alurnya atau letaknya saja. Namun jika dirunut dari latar belakang sejarahnya, Kali Sambong memiliki sejarah panjang yang patut diketahui oleh generasi sekarang khususnya yang hidup di wilayah KabupatenBatang. Apa dan bagaimana sejarah Kali Sambong? Berikut ini penulis coba sajikan berdasarkan catatan sejarah, cerita tutur (lesan), dan pengalaman penulis sebagai warga Batang.
Sungai sepanjang 50-an KM yang berhulu di lereng utara Pegunungan Dieng ini mengalir ke muara melalui wilayah Batang Selatan yang membentang dari Kec. Reban, Blado, Bandar, Wonotunggal, Batang hingga mencapai Laut Jawa di lokasi TPI Klidang Lor - Pantai Sigandu. Sungai ini memiliki banyak nama terkait dengan wilayah yang dilewatinya. Di bagian hulu penduduk setempat menyebutnya sebagai Kali Lojahan, setelah itu dinamakan Kali Kramat karena melewati suatu tempat di sekitar Desa Kecepak yang dipercaya penduduk sebagai tempat mandi dan berwudhu Syekh Kramat. Di utara Kecepak ketika sungai ini memasuki wilayah perkotaan Batang penduduk menyebutnya sebagai Kali Sambong (karena melewati wilayah antara Kelurahan Sambong dan Proyonaggan. Dan setelah masuk wilayah Desa Klidang sungai ini dinamakan penduduk Kali Klidang hingga menyatu dengan pantai utara Laut Jawa.
Sejarah Kali Sambong dimulai sejak sebelum tahun 600 M ketika kawasan (di selatan kota Wonotunggal sekarang) dihuni pemukim yang menjadikan Ganesha sebagai sesembahan. Patung Dewa berkepala gajah memegang gada itu hingga sekarang dapat dilihat di dekat Desa Silurah. Saat ini pemukiman di sana sudah tidak ada karena dimungkinkan sudah hanyut oleh banjir bandang. Selain itu antara tahun1600-1700 menjadi saksi sejarah kehidupan Jaka Bahu (kemudian menjadi Adipati Kendal dengan gelar Tumenggung Bahu Reksa).Dalam satu tugas yang dibebankan oleh Sultan Agung Mataram kepada Jaka Bahu adalah membasmi Raja Uling Drubiksa yang mengganggu dan merusak proyek bendungan Kali Sambong di sebelah atas Kedung Sigowok. Pertarungan antara Jaka Bahu dan Raja Uling Drubiksa di Kedung Sigowok menjadi cerita rakyat yang populer di kalangan orang-orangtua sekitar Kali Sambong hingga kini. Dengan dibantu adikRajaUling, JakaBahu dapat mengalahkan RajaUling sehingga proyekbendungan berlanjut dan Jaka Bahu mendapatkan hadiah dari Sultan Mataram tersebut.
Kisah kesejarahan Kali Sambong berikutnya adalah ketika muara Kali Sambong menjadi pelabuhan Batang tempo dulu yang menjadi pintu masuk barang-barang dari luar pulau. Saat itu di sekitar muara berdiam orang-orang Tionghoa dan orang asing lainnya (Arab, Champa, dsb) yang berdagang dan bermukim di tepian Kali Klidang (Kali Sambong yang membelah wilayah desa Klidang) sehingga sampai saat ini banyak ditemukan rumah-rumah bergaya Tionghoa di sana (meskipun sebagian besar sudah dipugar oleh keturunannya). Namun setidaknya Kali Sambong menjadi saksi sejarah ketika sungai itu menjadi urat nadi perekonomian yang cukup dinamis di sana.
Demikianlah, Kali Sambong telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan kota Batang itu sendiri sejak masa lalu. Di masa kini kondisiKaliSambong sungguhmemperihatinkan. Pada musimhujan menjadisumber bencana banjir bagipemukiman di tepiannya, sedangkan pada musimkemarau berbau busukkarena limbah industri yang dibuang ke sungai naik ke hulu terdorong gelombang pasang Laut Jawa. Peran sejarah Kali Sambong seakan menguap bersama ketidak-pedulian penduduk yang semakin tidak peduli dengan apa saja diluar kebutuhan pokok kesehariannya. Kasihan. (sugitohd)
BERSAMBUNG

Sugito HD