Nasibku begini… karena Bunda diam saat tangan Ayah bicara.!!!


Di salah satu sudut kota besar, hiduplah sebuah keluarga kecil. Si ayah terlalu sibuk dengan pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, si bunda pun sibuk mengejar karirnya…
sementara si anak yang baru berumur 3 tahun kerap dibiarkan bermain sendiri oleh pembantunya yang juga sibuk dengan pekerjaannya…
Pada Suatu hari si anak melihat sebatang paku berkarat, Dia pun mulai mencoret - coret semen di garasi mobil ayahnya. Tapi karena lantainya yang terbuat dari keramik, coretannya pun tidak kelihatan dengan jelas.
Karena tidak puas, lalu si anak mencoba pada mobil baru ayahnya. kebetulan mobil itu bewarna gelap, coretannya kelihatan sangat jelas. dia pun mulai membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya. Setelah yang sebelah kanan penuh dengan coretan, dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya bermacam-macam gambar mengikuti imajinasinya. Kejadian itu pun berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu…
Sepulang kerja, si ayah dan bunda sangat terkejut melihat mobil barunya yang dibeli dengan kredit itu. Si ayah yang belum sempat masuk ke rumah pun langsung berteriak dengan keras, “Kerjaan siapa ini.!?”  Si pembantu yang tersentak dengan jeritan itu segera berlari keluar. Dia juga beristighfar, mukanya merah padam karena ketakutan, terlebih melihat wajah bengis tuannya itu. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, sambil menggeleng - geleng kepala dia terus mengatakan ‘Tidak tahu.. Tuan.!!”. Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan.? Hardik si Bunda.
Si anak yang mendengar suara ayah dan bundanya, tiba - tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan keluguannya dan penuh manja dia berkata, “Ita yg membuat itu ayah.. bagus kan yah.?” katanya sambil memeluk ayahnya dengan maksud ingin bermanja - manja seperti biasa…
Si ayah yang sudah hilang kesabarannya lalu mengambil sebatang ranting berduri dari pohon mawar di depannya dan langsung di pukulkan nya berkali - kali ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa - apa ini pun menjerit - jerit kesakitan. Setelah puas dengan telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si bunda pun cuma diam aja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dijatuhkan ke anak tunggalnya itu.
Pembantu rumah terbengong, tidak tau harus berbuat apa. Setelah si Ayah dan Bunda masuk ke rumah, si pembantu lalu menggendong anak kecil itu dan membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak dan belakang tangan si anak kecil ini penuh dengan luka dan darah yang terus mengalir. Pembantu rumah kemudian memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air dia pun ikut menangis, si anak juga menjerit - jerit menahan kepedihan saat luka - lukanya itu terkena air. Dengan linangan air mata si pembantu berusaha untuk menidurkan anak kecil itu. Si Ayah dan Bunda pun sengaja membiarkan anaknya tidur bersama pembantu, kedua belah tangan si anak bengkak dan bernanah. Dengan wajah panik si pembantu mengadu. “Oleskan obat aja!” jawab si Ayah.
Saat pulang dari kantor, dia tidak memperhatikan anaknya yang menghabiskan waktu dikamar pembantu. si Ayah mau membuat jera anaknya sementara si bunda pun begitu.
Tiga hari berlalu, si bunda tidak pernah menjenguk anaknya tetapi setiap hari bertanya kepada pembantunya. “Ita demam.. ” jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum obat demam aja,” jawab si bunda enteng. Sebelum masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya dalam pelukan si pembantu, dia pun menutup lagi pintunya.
Pada  hari keempat, si pembantu memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas. “nanti sore nanti kita bawa ke klinik, jawab si bunda.
Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter merujuk ke Rumah Sakit karena keadaannya sudah parah. Setelah seminggu di rawat inap, dokter memanggil ayah dan bunda si anak tadi.
“Tidak ada pilihan lain.!!”, katanya sambil mengusulkan agar kedua tangan anak itu untuk segera di amputasi karena gangren yang terjadi sudah terlalu parah. “Lukanya sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya harus diamputasi dari siku ke bawah” kata dokter. Si ayah dan bunda bagaikan terkena petir di siang bolong mendengar kata - kata itu. Terasa dunia berhenti berputar…
Setelah selesai operasi dan obat bius yang disuntik kan habis, si anak lalu menangis kesakitan sambil terheran - heran melihat kedua tangannya berbalut kain kasa putih…
Ditatapnya muka ayah dan bundanya lalu wajah pembantunya. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semuanya menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata…
“Ayah.. Bunda.. Ita janji tidak akan melakukannya lagi. Ita tidak mau lagi ayah pukul. Ita janji tidak jahat lagi.!! Ita sayang ayah.. ita sayang bunda..” katanya berulang kali yang membuat si bunda gagal menahan rasa sedihnya. “Ita juga sayang Kak Narti.” katanya sambil memandang wajah pembantunya, gadis lugu itu pun langsung meraung - raung histeris.
“Ayah… ayah… kembalikan tangan Ita yah... kenapa Ayah ambil.? Ita kan udah janji tidak akan mengulanginya lagi.!!
Bunda… tolong ita bunda… gimana Ita mau makan nanti.? gimana Ita mau bermain nanti.? Ita janji tidak akan mencoret - coret mobil lagi ayah, ita janji…” katanya berulang-ulang.
Serasa copot jantung si Ayah dan bunda mendengar kata-kata anaknya. Namun takdir sudah terjadi, tiada manusia yang dapat menahannya…
Kepala boleh panas tapi hati harus tetap dingin…
Materi bukanlah segala-galanya tapi anak adalah anugerah dari sang pencipta dan anak adalah harta yang sangat berharga, semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Amiiiin…