Terima Kasih, Istriku..






Dunia dihuni empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Robbnya, menyantuni sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi harta, tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika memperoleh harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok yang pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua) sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta kekayaan maka aku akan melakukan seperti layaknya orang-orang yang menghamburkan uang, serampangan dan membabi-buta (kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya sama. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Bu, hari ini kau tampak begitu letih.
Sebelum mataku terbuka melihat dunia, sebelum fajar mengajak kita bersujud, kau mencucikan pakaian dinasku.
Segelas kopi untukku tak pernah absen di meja makan kita yang sederhana, yang tak layak disebut meja makan.
Kala mataku lelah bekerja membangun sebuah masa depan, kau rajin mengingatkanku untuk tak lupa berdoa.

Bu, hari ini kau tampak begitu letih.
Namun, kau berupaya menyembunyikannya di depanku dan selalu seperti itu.
Dan aku tak tega untuk berterus terang bahwa aku mengetahui kau kelelahan.
Maka, biarkan tubuhku menjadi perebahan sejenakmu melepas penat sebelum aku berangkat kerja.

Bu, hari ini kau tampak begitu letih.
Namun, tak pernah kudengar engkau mengeluhkannya.
Yang ada, kau rajin bersenandung di kamar kecil kita tiap maghrib dengan lantunan ayat-ayat suci. Waktu istirahatmu telah tercuri untuk darma baktimu sebagai istri.

Bu, hari ini kau tampak begitu letih.
Tak jarang kau membuat masakan lezat kesukaanku.
Tak jarang kau mengurusi segala urusan rumah tangga kita sendirian.
Tak jarang aku harus meninggalkanmu demi tugas.
Tak jarang aku lebih memikirkan pekerjaan di kantor ketimbang meluangkan waktu bersamamu.

Bu, hari ini kau tampak begitu letih.
Selama satu tahun kau setia mendampingiku dalam suka dan duka.
Tak sedikit pun kau lalai membukakan pintu ketika dini hari aku pulang kerja.
Tak sedikit pun kau mengeluhkannya.
Justru kau tak segan menyampaikan doa untuk keselamatanku.

Wahai muslimah baik, istriku, saksikan hari ini aku sebagai laki-laki yang egois dan memikirkan diri sendiri untuk:

Menyampaikan rasa kagumku.
Menyampaikan maafku karena keteledoranku.
Menyampaikan terima kasih tak terhingga atas pengorbananmu.
Menyampaikan kebanggaanku sebagai suamimu.

Graha Pena, 2 April 2010