Pahlawan Paling Populer, Soekarno


Pahlawan Paling Populer, Soekarno

Meski baru diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional, popularitas mantan Presiden Soekarno ternyata jauh lebih unggul dibanding Pahlawan Nasional ataupun tokoh lainnya di mata masyarakat. Hal itu terlihat dari hasil polling yang digelar oleh MNC Media Research terhadap 450 responden.

Dari hasil yang tertera, Soekarno dipilih oleh 29,1 persen responden sebagai pahlawan mereka. Sementara itu, 29,3% responden menetapkan orang tua mereka sebagai pahlawan. Uniknya, Jendral Sudirman hanya dipilih oleh enam persen responden dan guru dipilih oleh 4,9% responden.

Memang dalam polling yang digelar pada 8 November lalu itu, responden diberi kebebasan untuk menyebutkan siapa yang mereka anggap sebagai pahlawan. Bukan hanya terbatas pada para Pahlawan Nasional saja.

Disebutkan nama pahlawan lain yang dipilih oleh para responden, seperti Raden Ajeng Kartini, Pangeran Diponogoro, Mohammad Hatta, Ahmad Yani, Ki Hajar Dewantara. Ada juga yang menyebutkan mantan Presiden Soeharto. Masih dalam posisi 15 besar, muncul nama Joko Widodo dengan pilihan responden sebesar 0,9% persen. Selanjutnya BJ Habibie, Imam Bonjol, Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Dahlan Iskan, masing-masing berbagi angka yang sama sebesar 0,7%.

Dari hasil polling tersebut, diketahui juga mayoritas responden (39,8 persen) mendefinisikan pahlawan sebagai orang yang berjasa untuk orang banyak. Sedangkan 38,9 persen lainnya mengatakan pahlawan adalah sosok yang rela berkorban bagi orang banyak. Sekira 8,9 persen responden menggambarkan pahlawan adalah sosok yang berani melawan ketidakadilan. Sedangkan sisanya secara berurut sosok yang memberi inspirasi, penolong saat kesulitan, dan sosok yang berjasa bagi keluarga.

Polling independen itu menjangkau 450 responden yang berusia 17 tahun keatas yang terpilih secara acak sistematis melalui buku telepon residensial terbaru, terbitan Telkom. Responden berdomisili di lima wilayah Provinsi DKI Jakarta yakni Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

Jumlah responden di setiap wilayah ditentukan secara proporsional. Tingkat kepercayaan 95 persen, dengan ambang batas kesalahan 4,6 persen. Hasil polling tidak dimaksudkan sebagai representasi pendapat seluruh warga Jakarta.