Agama Ḥanīf (Bahasa Arab: حنيف, jamak ḥunafā' حنفاء) ialah perkataan Arab yang merujuk kepada agama tauhid pra Islam yang bukan Yahudi atau Nashrani. Atau lebih spesifiknya merujuk kepada bangsa Arab pra Islam sewaktu yakni pada zaman Jahiliyah (الجهل). Golongan yang mengikuti akidah tauhid Hanif ini merupakan golongan yang menolak syirik dan hanya menyembah kepada Allah. Agama Hanif iyalah agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s untuk menyeru pada ketauhidan. Hanif juga diartikan lurus. Millah Ibrahim Hanifa, yaitu agama Ibrahim yang lurus.
Sebenarnya tidak ada penamaan khusus bagi ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s. Ajarannya yang dikenal adalah ajaran Tauhid (monoteism) sedangkan kata Hanif (lurus) diambil dari surat Al-Baqarah ; 135. Jadi hanif (lurus) ialah ajaran yang diajarkan Nabi Ibrahim yaitu Tauhid, itulah ajaran yang lurus (Hanif). Agama Hanif ini juga yang menjadi agama Musa a.s, Daud a.s (yang kemudian dianggap beragama Yahudi), Zakaria (yang kemudia dianggap Shabi'in), Isa a.s (yang kemudian dianggap Kristen), dan Rasul Muhammad SAW sebelum ia menerima wahyu dan mengemban misi risalah ketauhidan penerus Nabi Ibrahim a.s dalam ajaran Tauhidnya.
Agama Hanif tidak mempunyai kitab melainkan Allah memberinya Suhuf. Suhuf berarti lembaran, Suhufi Ibrahim adalah merupakan kitab-kitab kecil yang diturunkan Allah kepada Nabi Ibrahim a.s. yang disampaikan melalui perantaraan Malaikat Jibril berisikan panduan dan ajaran-ajaran agama yang bersesuaian dengan keperluan zaman tersebut.
Dikatakan bahawa ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim ini dikenali dengan ajaran agama Hanif dan sebelum kedatangan Nabi Muhammad (s.a.w), terdapat segelintir Orang Arab yang masih mengikuti Agama Hanif ini dan sesudah kedatangan Islam yang dibawa oleh Rasulullah, ajaran agama ini dimansuhkan dan terbatal. Dikatakan bahawa sebelum Rasulullah menerima wahyu dari Allah, baginda mengamalkan ajaran agama Hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim ini.
Selain Nabi Ibrahim terdapat lagi nabi-nabi lain yang turut menerima suhuf ini seperti Nabi Idris, Nabi Syits dan Nabi Musa.
Sejarah & Pembawa Agama Hanif
Nabi Ibrahim a.s membawa agama Tauhid, yaitu pengesaan kepada Allah. Dalam Al-Quran dijelaskan:
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah : "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus (Hanif). Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik".(Q.S. Al Baqarah; 135)
Tafsiran Ayat
Muhammad bin Ishak meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Abdullah bin Shuriya al-A'war berkata kepada Rasulullah saw., "Petunjuk itu tiada lain adalah apa yang kami pegang. Hai Muhammad, ikutilah kami, niscaya kamu mendapat petunjuk." Kaum Nasrani pun mengatakan hai seperti itu.
وَقَالُوْا كُوْ نُوْا هُودًا اَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوْا
"Dan mereka berkata : Menjadilah kamu Yahudi, atau Nasrani supaya kamu dapat petunjuk."(pangkal ayat 135).
قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا
"Katakanlah: Bahkan agama Ibrahirn yang lurus."
وَ مَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
"Dan bukanlah dia dari orang-orang yang musyrik " (ujung ayat 135).
Sejarah Hidup Nabi Ibrahim Menemukan Ketauhidan (Hanif)
abi Ibrahim a.s di gelari Khalilullah dan juga digelari Bapak Para Nabi. Ia diangkat menjadi nabi sekitar pada tahun 1900 SM, diutus untuk kaum Kaldān yang terletak di kota Ur, negeri yang disebut kini sebagai Iraq. Ibrahim adalah salah satu nabi Ulul azmi.
Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra'uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A'ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia. Kemudian ia memiliki 2 orang putra yang dikemudian hari menjadi seorang nabi pula, yaitu Ismail dan Ishaq. Sedangkan Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.
Menurut Al-Hafidz ibnu Asakir ibunya bernama Amilah dalam kitab ath-Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-Kahiliy, penulis kitab al-Mubtadi'. Sedangkan al-Kalbiy berkata, ibunya bernama Buna binti Karbina bin Kartsi yang berasal dari Bani Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Ibnu Asakir meriwayatkan lebih dari satu jalur dari Ikrimah, bahwasanya ia berkata: "Ibrahim dijuluki dengan gelar Abu adh-Dhaifan.
Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra'uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A'ram, yang terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia. Kemudian ia memiliki 2 orang putra yang dikemudian hari menjadi seorang nabi pula, yaitu Ismail dan Ishaq. Sedangkan Yaqub adalah cucu dari Ibrahim.
Menurut Al-Hafidz ibnu Asakir ibunya bernama Amilah dalam kitab ath-Tarikh dari Ishaq bin Basyar al-Kahiliy, penulis kitab al-Mubtadi'. Sedangkan al-Kalbiy berkata, ibunya bernama Buna binti Karbina bin Kartsi yang berasal dari Bani Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Ibnu Asakir meriwayatkan lebih dari satu jalur dari Ikrimah, bahwasanya ia berkata: "Ibrahim dijuluki dengan gelar Abu adh-Dhaifan.
Pada masa Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil Ibrahim sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu.
Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya)". Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.
Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya)". Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir dengan sanad shahih dari Jarikh pada firman Allah: "Ketika Ibrahim berkata pada ayahnya azar,
Diantara mufassirin berpendapat bahwa azar bukan ayahnya namun pamannya. Al-Qur'an hanya menjelaskan bahwa Ibrahim adalah putra Aazar, ayah Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan menyembah berhala, ia adalah pembuat dan pedagang patung-patung yang dibuat dan dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung yang dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat dan bodoh. Ia merasakan bahwa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
“ ...dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaum-mu dalam kesesatan yang nyata." (Al An'aam 6:74)"
Dengan sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam makian namun seakan-akan tidak ada hubungan di antara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: "Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi tinggal bersama denganmu di dalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."
Aazar menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Ibrahim yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang kasar dan dalam makian namun seakan-akan tidak ada hubungan di antara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: "Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi tinggal bersama denganmu di dalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."
Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya berkata: "Wahai ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu." Lalu keluarlah Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kafir.
Agama Hanif adalah Asal Muasal Agama Islam, Yahudi, dan Nashrani
Agama Islam, Yahudi, dan Nashrani dikenal dengan nama Agama Samawi yaitu agama dari langit. Sedang juga ketiga agama ini dikenal dengan agama Abrahamik atau agama Ibrahimiah. Karena hakikatnya ketiga agama ini berasal-muasal dari agama Hanif yaitu agama yang mengajak menyembah tuhan yang satu. Begitu dengan Yahudi, agama Yahudi sebenarnya adalah agama Hanif yang diterusi oleh Nabi Musa dan Daud. Namun karena keturunan dari bani Isra'il ini menyimpan dari bani Yahuda maka disebutlah Yahudi.
Berbeda dengan Kristen atau Nashrani. Agama ini sebenarnya juga agama Hanif, yaitu agama mengajak pada ketauhidan yang dibawakan oleh Nabi Isa a.s. Namun karena pemikiran-pemikiran manusia yang menyimpang maka berubahlah ajaran Hanif yang tauhid itu menjadi agama musyrik yang kita kenal sekarang dengan Kristen.
Rasul SAW. Dalam hidupnya sebelum ajaran ketauhidannya muncul yang kemudian dikenal dengan agama Islam itu muncul. Rasul beragama Hanif, yaitu agama tauhidnya Nabi Ibrahim. Sampai Allah menjadikannya Rasul, maka diperbaharuilah ajaran tauhid itu dikenal dengan ad-Dinul Islam atau agama Islam yang sebelumnya Millah Ibrahim Hanif.
Sumber
Agama Hanif adalah Asal Muasal Agama Islam, Yahudi, dan Nashrani
Agama Islam, Yahudi, dan Nashrani dikenal dengan nama Agama Samawi yaitu agama dari langit. Sedang juga ketiga agama ini dikenal dengan agama Abrahamik atau agama Ibrahimiah. Karena hakikatnya ketiga agama ini berasal-muasal dari agama Hanif yaitu agama yang mengajak menyembah tuhan yang satu. Begitu dengan Yahudi, agama Yahudi sebenarnya adalah agama Hanif yang diterusi oleh Nabi Musa dan Daud. Namun karena keturunan dari bani Isra'il ini menyimpan dari bani Yahuda maka disebutlah Yahudi.
Berbeda dengan Kristen atau Nashrani. Agama ini sebenarnya juga agama Hanif, yaitu agama mengajak pada ketauhidan yang dibawakan oleh Nabi Isa a.s. Namun karena pemikiran-pemikiran manusia yang menyimpang maka berubahlah ajaran Hanif yang tauhid itu menjadi agama musyrik yang kita kenal sekarang dengan Kristen.
Rasul SAW. Dalam hidupnya sebelum ajaran ketauhidannya muncul yang kemudian dikenal dengan agama Islam itu muncul. Rasul beragama Hanif, yaitu agama tauhidnya Nabi Ibrahim. Sampai Allah menjadikannya Rasul, maka diperbaharuilah ajaran tauhid itu dikenal dengan ad-Dinul Islam atau agama Islam yang sebelumnya Millah Ibrahim Hanif.
Intinya sebenarnya Hanif itu bukan nama agama, melainkan julukan atas ajaran tauhid yang diajarkan Rasul Ibrahim kepada ummatnya untuk menyembah tuhan yang satu Ialah Allah. Semua agama dari Allah itu Tauhid. Apapun itu namanya baik Yahudi maupun Nasrani jika menyembah Allah dan bertauhid itulah agama Allah. Namun hingga muncullah Islam bagi seluruh alam. Islam adalah agama, Ajarannya Tauhid dan Islam juga disebut agama Hanif yaitu agama yang lurus.
Sumber
- Wikipedia
- Hawting G R 1999: The Idea of Idolatry and the Emergence of Islam: From Polemic to History, Cambridge University Press
- Ambros Arne A & Procháczka Stephan 2004: A Concise Dictionary of Koranic Arabic", Reichert
- Kochler, Hans (EDT),Concept of Monotheism in Islam & Christianity, I.P.O., Jan 1, 1982, ISBN 3-7003-0339-4
- William Montgomery Watt, "Muhammad: prophet and statesman", Oxford University Press US, Jun 1, 1974 ,ISBN 0-19-881078-4
- F. E. (Francis E.) Peters, "Muhammad and the Origins of Islam", SUNY Press, Jul 1, 1994, ISBN 0-7914-1875-8
- John Kaltner, "Ishmael Instructs Isaac: An Introduction to the Qu'ran for Bible Readers", Liturgical Press, Oct 31, 1999, ISBN 0-8146-5882-2
- Abd-Allah ibn Jahsh, The Free Dictionary, fat.