Indonesia Harus Belajar dari Sejarah Kerajaan Majapahit


Indonesia merupakan negara yang kaya akan peristiwa sejarah. Perjuangan yang telah dilalui oleh para pendahulu kita seyogianya mampu menjadi parameter dan cermin untuk menuju Indonesia yang adil dan makmur. Ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang menggoyah Indonesia saat ini memang menjadi sebuah momok yang mengerikan dan mengancam stabilitas dan integrasi bangsa. Indonesia memiliki cita-cita luhur untuk mensejahterakan, mencerdaskan kehidupan masyarakat seperti yang diamanahkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Bung Karno telah berpesan kepada kita pada salah satu kalimat dalam pidatonya tentang “JASMERAH”, yang memiliki valensi positif terhadap kehidupan untuk tidak serta merta melupakan sejarah. Sejarah yang terjadi pada masa lampau mungkin tak akan terulang kembali, namun jalan ceritanya akan tetap terulang. Itulah salah satu fungsi dan prinsipil historis sebagai sebuah tolak ukur dan sebagai cermin bangsa dalam menjalankan amanah konstitusinya.
Fenomena yang tengah dihadapi Indonesia saat ini sejatinya memiliki persamaan dengan sejarah kerajaan Majapahit menuju masa keruntuhannya. Majapahit yang dikenal dengan Nusantara 2, dengan cakupan wilayah kekuasaannya yang sangat luas, tentu dengan sumber daya alamnya yang sangat melimpah menjadi sebuah kerajaan besar yang dapat mensejahterakan rakyatnya. Dalam kisah sejarah Majapahit mencapai zaman keemasan ketika dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Sumpah Palapa yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada merupakan sebuah komitmen untuk mempersatukan Nusantara. Kejayaan Majapahit yang telah dibangun dengan darah dan air mata harus hancur karena konflik antar putra pewaris kerajaan yang merebutkan posisi sebagai raja. Hal yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana cara agar menduduki singgasana Majapahit. Akibatnya peperangan antar putra kerajaan pun terjadi silih berganti demi mencapai posisi sebagai seorang raja. Melemahnya kekuasaan Majapahit dibidang pemerintahan, pertahanan, serta ekonomi membuat kondisi kerajaan semakin tidak stabil dan pada akhirnya kerajaan Demak berhasil menaklukan kerajaan Majapahit.
Keruntuhan Majapahit yang disebabkan oleh peperangan antar putra kerajaan tentunya bisa menjadi pelajaraan berharga bagi bangsa Indonesia, sebab hal demikian tidak jauh berbeda dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Faktanya sebagian orang berambisi untuk menjadi penguasa dan hanya mengidamkan Profit Oriented, entah bagaimanapun caranya sekalipun dianggap tidak fair play, namun tetap saja terjadi demoralisasi, money politic, lakon sandiwara politik, dan berbagai cara lain demi memperoleh kekuasaan. Ancaman disintegrasi bisa terjadi ketika munculnya sikap fanatisme yang berlebihan. Celakanya masyarakat Indonesia saat ini juga demikian. Sehingga oknum-oknum yang haus kekuasaan segaja memposisikannya sebagai objek demi mensukseskan ambisinya. Bagaimana tidak, saat ini sebuah jabatan merupakan lahan basah yang sangat cocok untuk memperoleh apapun yang diinginkan. Kondisi demikian tentu telah menciderai rasa persatuan dan kesatuan yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu, karena tanpa persatuan bangsa Indonesia tidak bisa mengenyam indahnya sebuah kemerdekaan.
Pemuda yang digadang sebagai the agent of change sejatinya turut andil sebagai kontrol terhadap regulasi pemerintahan saat ini. Pemuda harus mampu menjadi penerus, pelurus, dan penentu nasib bangsa dengan pemikiran-pemikiran logis dan idealisnya. Setelah mengenyam pendidikan, pemuda seharusnya tetap berpegang teguh pada ideologinya sebagai warga negara yang cerdas dan kritis. Tidak seperti sebagian dari politisi yang mengaku aktivis namun tetap saja melakukan tindak “korupsi”. Inilah sebuah konsekuensi yang perlu diwaspadai oleh seorang pemimpin kalangan muda masa depan. Sebagaimana dilontarkan oleh Lord Action “Power Tends To Corrupt and Absolute Power Corrupt Absolutely. Kemudian dalam konteks Islam, mengajarkan umatnya untuk menjadi generasi Ghuraba, yakni orang-orang yang melakukan perbaikan dan memberi kesadaran ketika orang lain berada di jalan yang salah. Amanah inilah yang menjadi tantangan bagi pemuda untuk mewujudkan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ahmad M