Jejak Ulama Asal Yaman di Cot Trieng



070413foto_7.jpg
SERAMBI/ZAKI MUBARAK
Menara makam Tgk Dipaloh
070413foto_8.jpg
SERAMBI/ZAKI MUBARAK
Kenduri bulukat (beras ketan) untuk tradisi haul di sekitar makam.
070413foto_9.jpg
SERAMBI/ZAKI MUBARAK
Meneliti jejak Tgk Dipaloh
DESA Cot Trieng, Kecamatan Muara Satu Lhokseumawe, ternyata tidak hanya menyimpan sejarah tentang pertempuran paling sengit dalam sejarah konflik Aceh, tahun 2002 lalu. Di kawasan ini, terdapat sejumlah situs sejarah para ulama besar Aceh.

Sebut saja, nama Tgk Abdussalam atau lebih dikenal dengan nama Tgk Chik Di Paloh. Ulama yang disejarahkan berasal dari Yaman ini hidup pada abad ke-13 hijrah. Nama Tgk Chik Di Paloh mulai melekat saat Tgk Abdussalam menyebarkan misi Islam di daerah Paloh Dayah, Kecamatan Muara Satu Lhokseumawe.

Belakangan, Tgk Abdussalam pindah ke Desa Cot Trieng, dalam kecamatan sama. Di Cot Trieng, dia pun membangun sebuah balai dan mesjid, serta sarana pendukung lainnya seperti sumur dan kolam. Bukti sejarah mencatat, ulama ini meninggal dunia pada tanggal 5 Desember 1397.

Peninggalannya masih ditemukan di kawasan Cot Trieng. Di antaranya sebuah masjid yang pondasi utamanya dari sebatang pohon panjang. Ujong pohon yang tersambung dengan pondasi, dijadikan sebagai ujung menara masjid. Makam Tgk Chik di Paloh terdapat di dalam kompleks masjid. Ada juga kolam, balai, serta sumur.

Selain itu ada pula sebuah batu nisan besar yang dikisahkan dibawakan seorang muridnya Po Geunireng yang memiliki badan besar. Namun batu ukiran itu tidak menjadi nisan ulama tersebut, karena sudah ada batu bulat yang duluan dijadikan batu nisan. Maka batu nisan yang dibawa Po Geunireng diletakkan di dekat kolam.

Masjid ini sempat dipugar saat Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh Nias bertugas membangun kembali Aceh pascagempa dan tsunami 2004 lalu. Tapi, situs batu nisan yang dibawa Po Geunireng, kolam, dan lainnya tidak pernah dipugar sama sekali. Bahkan jalan masuk ke makam juga belum teraspal.

Meski kawasan ini dikelilingi hutan, tetap saja banyak masyarakat yang berziarah. Karenanya sudah kewajiban Pemerintah Kota Lhokseumawe melestarikan kawasan ini yang merupakan sebuah sejarah penting yang perlu diketahui generasi bangsa.(*)