Mengenal Kepemimpinan Soekarno


Sosok satu ini memang tidak pernah membosankan untuk diulas dan diperbincangkan. Sosok yang fenomenal di Tanah Air ini selalu terkenang di hati masyarakat Indonesia. Dialah Sukarno, manusia yang dilahirkan di bumi nusantara dengan berbagai talenta. Mulai dari sosok romantis, karismatik, sampai seorang tokoh revolusioner, semua dimilikinya. Tidak salah jika beberapa orang mengatakan Tuhan menciptakan Sukarno sebagai manusia yang hampir sempurna.
Bahkan sesudah ia dikebumikan pun masih ada saja hiruk-pikuk tentangnya. Seperti istilah yang diangkat oleh Argawi Kandito dalam bukunya, Soekarno; The Leadership Secrets Of. Setelah sukses dengan bukunya Ngobrol Bareng dengan Gus Dur di Alam Kubur, Syeckh Pandik, julukan Argawi Kandito, kembali mengusung sosok fenomenal lainnya, Sukarno. Kembali pendekatan metafisik-spiritual digunakan untuk menulis buku ini.
Terlepas ketidakpercayaan masyarakat terhadap diskursus yang diusung Argawi ini, terdapat pesan spirit perjuangan Sukarno dan kisah hidupnya yang begitu luar biasa digambarkan. Ulasan spirit inilah yang menjadikan buku ini menarik untuk dibaca sekaligus sebagai refleksi dalam mengisi kemerdekaan.
Menurut hemat penulis, secara garis besar, buku ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian: tokoh-tokoh inspirator, nasionalisme, dan gaya kepemimpinan Sukarno. Pertama, Sukarno banyak mengambil pelajaran dari orang-orang yang dikaguminya. Dari Gajah Mada, misalnya, Sukarno banyak belajar ilmu politik, ekonomi, nasionalisme, dan kenegaraan. Ia juga belajar cara penyampaian ideologi dari metode dakwah Sunan Kalijaga. Masih banyak tokoh yang dikagumi Sukarno, seperti Ki Ronggowarsito, Jendral Sudirman, dan Dr Sutomo.
Kedua, dengan semboyan “Merdeka atau Mati!” Soekarno berjuang sampai titik darah penghabisan dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Begitu pula pasca kemerdekaan, Sukarno menyerahkan hidup dan matinya demi kesejahteraan Nusantara. Rakyat menjadi orientasi utama dalam setiap kebijakannya, terutama kaum-kaum marjinal. Bahkan Sukarno mengatakan “rakyat harus cukup makan, pakaian, hidup sejahtera, dan merasa dipangku ibu pertiwi”. Ideologi Marhaenisme dan penggantinya, Konsep Berdikari, dibuat dan diorientasikan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Ketiga, Soekarno memimpin bangsa dengan segenap hati dan jiwanya. Sukarno mengakomodasi seluruh lapisan masyarakat, kaya-miskin, pejabat-rakyat. Demua di matanya tidak ada perbedaan. Yang paling penting dari gaya kepemimpinannya adalah sikap keberaniannya. Bahkan ia pernah berkata, “Jika seorang meninggalkan warisan yang benar-benar abadi, hal itu pastilah hasil dari keberanian”. Keberaniannya terlihat ketika ia menyerukan ajakan “Ganyang Malaysia”. Pada saat itu, Malaysia bertindak semena-mena terhadap rakyat Indonesia di perbatasan. Keberanian itu tampak pula saat pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda.
Siti Handayani